Dalam dunia kerja, fenomena quiet quitting atau sebutan berhenti secara diam-diam telah menjadi topik yang semakin populer. Banyak karyawan yang memilih untuk “meninggalkan pekerjaan” tanpa memberikan tanda-tanda yang jelas kepada atasan atau rekan kerja. Artikel ini akan membahas mengapa quiet quitting terjadi, bagaimana dampaknya terhadap perusahaan, dan cara mencegahnya. Mari kita telusuri lebih dalam tentang fenomena yang mencerminkan perubahan perilaku dalam lingkungan kerja.
Daftar Isi
Definisi Quiet Quitting
Konsep Quiet Quitting
Quiet quitting adalah fenomena di mana seorang karyawan secara perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan dalam kinerja mereka tanpa memberikan peringatan atau pemberitahuan bahwa mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka. Tindakan ini dilakukan secara diam-diam tanpa mengundurkan diri secara resmi atau resign. Bisa diartikan orang ini tetap bekerja tapi tanpa ada motivasi dan gairah saat bekerja.
Perbedaannya dengan Resign
Quiet quitting berbeda dari resign karena tidak melibatkan pemberitahuan resmi kepada atasan atau perusahaan. Karyawan yang melakukan quiet quitting cenderung memilih untuk tetap bekerja namun dengan kualitas kerja yang menurun atau ketidak hadiran pada kegiatan-kegiatan kantor secara tiba-tiba.
Dalam quiet quitting, karyawan tidak mengambil langkah-langkah ekstrim seperti mengundurkan diri secara langsung atau memberikan peringatan kepada atasan tentang ketidak puasan mereka. Mereka memilih untuk mengekspresikan ketidaknyamanan mereka melalui tindakan-tindakan kecil yang mungkin terlewatkan oleh atasan atau rekan kerja mereka. Hal ini dapat menjadi masalah bagi perusahaan karena mereka mungkin tidak menyadari bahwa ada masalah dengan karyawan tersebut.
Faktor Terjadinya Quiet Quitting
Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan Quiet Quitting antara lain meningkatnya kesadaran akan keseimbangan kehidupan kerja, perubahan preferensi Gen-Z terhadap pekerjaan, dan kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan. Perubahan ini mendorong individu untuk memutuskan melakukan Quiet Quitting.
Dampak dari Quiet Quitting
Pengaruh terhadap moral dan produktivitas karyawan
Dalam keadaan quiet quitting, karyawan yang merasa tidak dihargai cenderung kehilangan motivasi dan semangat kerja. Hal ini dapat berdampak negatif pada moral karyawan dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Implikasi bagi budaya perusahaan dan manajemen
Fenomena quiet quitting juga dapat menciptakan masalah dalam budaya perusahaan dan manajemen. Kurangnya komunikasi dan transparansi tentang kebutuhan dan keinginan karyawan dapat menyebabkan ketidakpuasan yang berujung pada keluarnya karyawan secara mendadak.
Strategi untuk Mengurangi Quiet Quitting
Meningkatkan Keterlibatan dan Kepuasan Karyawan
Untuk mengurangi fenomena quiet quitting, penting untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dengan memberikan dukungan, pengakuan, dan kesempatan pengembangan karir.
Mendorong Komunikasi Terbuka dan Umpan Balik
Penting bagi perusahaan untuk menciptakan budaya komunikasi terbuka dan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memberikan masukan dan umpan balik secara terbuka.
Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan karyawan dapat mencegah quiet quitting dengan membuka saluran untuk menyampaikan kekhawatiran atau masalah yang mungkin dialami karyawan. Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berbicara dan merasa didengar dapat meningkatkan loyalitas dan kepuasan kerja.
Baca juga: Pentingnya Skill Komunikasi Yang Baik Di Lingkungan Kerja
Fenomena Quiet Quitting Dalam Dunia Kerja
Fenomena Quiet Quitting dalam dunia kerja memberikan gambaran bahwa banyak pekerja cenderung meninggalkan pekerjaan tanpa disadari oleh atasan atau rekan kerja. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi produktivitas dan keberlangsungan perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk lebih peka terhadap tanda-tanda ini dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung agar pekerja merasa nyaman untuk berkomunikasi terbuka tentang keinginan dan masalah yang mereka hadapi.