Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu sedang ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial. Fenomena ini bukan sekadar tren biasa, tetapi sebuah refleksi dari perasaan banyak pencari kerja di Indonesia yang merasa lelah dengan sistem rekrutmen yang tidak berpihak pada mereka.
Daftar Isi
Kenapa #KaburAjaDulu Bisa Viral?
Jobseeker di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Mulai dari persyaratan kerja yang tidak masuk akal hingga gaji yang dirasa tidak sebanding dengan tuntutan pekerjaan. Salah satu contoh paling sering ditemui adalah batasan usia dalam lowongan pekerjaan. Misalnya, ada banyak perusahaan yang mensyaratkan maksimal usia 25 tahun untuk posisi entry-level.
Banyak pencari kerja bertanya-tanya, Apa yang terjadi setelah usia 25 tahun? Apakah kami sudah tidak layak bekerja? Tentu saja ini menjadi perdebatan panjang karena usia seharusnya bukanlah faktor utama dalam menentukan kualitas seorang pekerja.
Di samping itu, banyak perusahaan masih meminta persyaratan yang menurut sebagian besar orang kurang relevan, seperti status pernikahan, penampilan fisik, bahkan domisili tertentu. Hal ini semakin membuat jobseeker merasa bahwa mencari pekerjaan di dalam negeri semakin sulit.
#KaburAjaDulu: Harapan Baru untuk Jobseeker Indonesia?
Banyak yang menganggap #KaburAjaDulu sebagai bentuk kekecewaan terhadap sistem ketenagakerjaan di Indonesia. Namun, di sisi lain, tagar ini juga bisa menjadi peluang bagi mereka yang ingin mencari kesempatan kerja di luar negeri.
Beberapa negara, seperti Jepang, Jerman, dan Korea Selatan, sedang mengalami krisis tenaga kerja. Negara-negara ini membuka peluang bagi pekerja asing untuk mengisi kekosongan di berbagai sektor. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Jepang, di mana banyak lansia masih bekerja karena kurangnya tenaga kerja muda.
Namun, bekerja di luar negeri tentu memiliki tantangan tersendiri. Persyaratan bahasa menjadi salah satu kendala utama. Jepang, misalnya, lebih banyak menggunakan bahasa lokal daripada bahasa Inggris, sehingga pekerja yang ingin bekerja di sana harus menguasai bahasa Jepang terlebih dahulu.
Selain itu, ada tantangan dalam adaptasi budaya, perbedaan sistem kerja, dan regulasi ketenagakerjaan di negara tujuan. Meski demikian, bagi mereka yang siap menghadapi tantangan ini, bekerja di luar negeri bisa menjadi solusi untuk mendapatkan gaji yang lebih layak serta pengalaman kerja yang lebih baik.
Lalu, Apa yang Harus Dilakukan?
Jika #KaburAjaDulu benar-benar ingin diwujudkan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan:
- Tingkatkan keterampilan – Cari tahu keahlian yang sedang dibutuhkan di luar negeri, seperti IT, perawat, atau pekerja konstruksi.
- Belajar bahasa asing – Jika ingin ke Jepang, pelajari bahasa Jepang. Jika ingin ke Jerman, kuasai bahasa Jerman minimal level dasar.
- Cari informasi lowongan kerja resmi – Pastikan lowongan yang diambil berasal dari agen atau perusahaan yang terpercaya.
- Siapkan dokumen penting – Paspor, visa kerja, dan dokumen lainnya harus lengkap agar proses administrasi berjalan lancar.
Baca juga: Perbedaan Rekrutmen Perusahaan Luar Negeri dan Lokal?
Kesimpulan
Fenomena #KaburAjaDulu bukan hanya sekadar pelampiasan kekecewaan, tetapi juga sebuah peluang untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jika memang sistem ketenagakerjaan di Indonesia masih belum berpihak pada pencari kerja, mencari alternatif di luar negeri bisa menjadi pilihan yang masuk akal.
Namun, tetap harus diingat bahwa bekerja di luar negeri bukanlah hal yang mudah. Butuh persiapan yang matang, keterampilan yang mumpuni, serta mental yang kuat. Jadi, apakah #KaburAjaDulu benar-benar menjadi solusi atau hanya sekadar tren sesaat? Semua kembali ke pilihan masing-masing. Yang penting, tetap semangat mencari peluang terbaik untuk masa depan yang lebih cerah!