Fenomena tentang tingginya turnover atau keluar-masuknya Gen Z dalam dunia kerja sedang jadi perbincangan hangat. Banyak perusahaan mengalami kesulitan mempertahankan Gen Z. Selain dipecat kadang mereka kerap resign dalam waktu singkat. Tetapi, apakah benar semua Gen Z memiliki masalah yang sama? Tentu saja, tidak semua Gen Z sesuai dengan stereotip ini, tapi beberapa karakteristik umum sering muncul sebagai alasan perusahaan lebih memilih untuk melepas karyawan Gen Z. Berikut ini beberapa alasan utama mengapa Gen Z sering disebut sebagai generasi yang “sulit bertahan” di tempat kerja, serta insight yang bisa jadi referensi untuk Gen Z agar lebih sukses dalam dunia kerja.
Daftar Isi
- 1. Ingin Serba Instan: Gaji Tinggi dan Jabatan Cepat Naik
- 2. Sering Resign dalam Waktu Singkat
- 3. Mudah Bosan dan Tidak Tahan Tantangan
- 4. Suka Menghindari Masalah di Tempat Kerja
- 5. Sering Mengeluh Tentang Lingkungan Kerja
- 6. Kurangnya Kemampuan Beradaptasi
- 7. Cara Komunikasi yang Kurang Efektif
- 8. Terlalu Terbuka di Media Sosial
- 9. Terlalu Sering Menggunakan Gadget
- Kesimpulan: Bagaimana Gen Z Bisa Bertahan Lebih Lama di Dunia Kerja?
1. Ingin Serba Instan: Gaji Tinggi dan Jabatan Cepat Naik
Salah satu karakteristik utama yang sering disorot adalah keinginan Gen Z untuk segera meraih posisi tinggi dan penghasilan besar. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang rata-rata menjalani proses panjang untuk promosi atau kenaikan gaji, Gen Z cenderung menginginkan hasil yang cepat. Karena dunia digital memberikan akses yang mudah dan cepat, generasi ini pun terbiasa dengan hasil instan di banyak aspek, termasuk dalam hal karier. Perusahaan biasanya memiliki jenjang karier yang mengharuskan seseorang melewati proses belajar dan pengembangan, sehingga keinginan Gen Z yang terburu-buru dianggap tidak sejalan dengan budaya perusahaan.
2. Sering Resign dalam Waktu Singkat
Tidak jarang perusahaan menghadapi Gen Z yang resign hanya dalam hitungan minggu atau bulan setelah bekerja. Bahkan, ada kasus di mana seseorang keluar dari pekerjaan hanya dalam setengah hari! Generasi ini cenderung berpindah-pindah tempat kerja dalam waktu singkat, dengan alasan seperti ketidakcocokan lingkungan kerja atau keinginan mencoba hal baru. Sayangnya, kebiasaan ini dianggap kurang menghargai komitmen dan loyalitas, yang membuat perusahaan lebih selektif dalam merekrut Gen Z.
3. Mudah Bosan dan Tidak Tahan Tantangan
Dalam dunia kerja, tantangan dan stres adalah bagian dari proses yang harus dihadapi. Namun, Gen Z sering kali dinilai kurang tahan dalam menghadapi tantangan pekerjaan yang sifatnya rutin. Karena lebih terbiasa dengan perubahan cepat di media sosial dan internet, mereka cenderung mudah bosan dan sering kali mencari pekerjaan lain untuk menghilangkan kebosanan. Kebiasaan ini tidak hanya menyulitkan perusahaan, tetapi juga membuat Gen Z kehilangan kesempatan belajar dan berkembang di satu tempat.
4. Suka Menghindari Masalah di Tempat Kerja
Beberapa perusahaan mengeluhkan bahwa Gen Z sering kali menghindari masalah daripada mencari solusi. Misalnya, ketika menghadapi tugas yang sulit atau konflik dengan rekan kerja, mereka lebih memilih untuk resign atau mencari alasan lain daripada menghadapi masalah tersebut. Perusahaan menganggap pendekatan ini kurang produktif karena karyawan yang mampu menyelesaikan masalah cenderung lebih berharga dan tahan lama.
5. Sering Mengeluh Tentang Lingkungan Kerja
Banyak Gen Z yang sangat kritis terhadap lingkungan kerjanya. Mereka lebih vokal dalam menyampaikan ketidakpuasan terkait beban kerja, atmosfer kantor, atau bahkan hubungan dengan rekan kerja dan atasan. Keterbukaan ini pada dasarnya baik, namun jika dilakukan berlebihan atau dalam konteks yang salah, bisa membuat mereka terlihat negatif dan dianggap kurang berkomitmen.
Baca juga: Mengenal Budaya Kerja yang Toxic
6. Kurangnya Kemampuan Beradaptasi
Kemampuan beradaptasi di tempat kerja adalah faktor penting agar seseorang bisa diterima dan dihargai. Namun, beberapa perusahaan menyebutkan bahwa Gen Z cenderung sulit menyesuaikan diri dengan budaya kerja atau norma perusahaan. Mereka terkadang memiliki standar dan gaya kerja sendiri yang tidak sesuai dengan harapan perusahaan. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan antara generasi ini dengan manajemen atau rekan kerja dari generasi yang berbeda.
7. Cara Komunikasi yang Kurang Efektif
Dalam dunia kerja, kemampuan komunikasi yang baik adalah hal krusial. Gen Z yang terbiasa dengan komunikasi digital sering kali kurang efektif dalam berkomunikasi secara verbal atau tatap muka. Mereka mungkin lebih nyaman menggunakan pesan singkat atau email, namun di banyak perusahaan, komunikasi verbal dan bahasa tubuh yang baik tetap penting. Kekurangan ini dapat menjadi kendala dalam membangun hubungan profesional yang solid dan efisien.
8. Terlalu Terbuka di Media Sosial
Gen Z adalah generasi yang sangat terbuka dalam membagikan informasi di media sosial. Hal ini dapat mencakup cerita tentang pekerjaan, suasana kantor, hingga kekesalan terhadap rekan atau atasan. Meski keterbukaan ini sering dilihat sebagai bentuk ekspresi diri, perusahaan menganggap hal ini bisa membahayakan reputasi mereka. Mereka khawatir informasi sensitif atau negatif dapat bocor ke publik dan memberikan citra buruk bagi perusahaan.
9. Terlalu Sering Menggunakan Gadget
Gen Z tumbuh di era digital, sehingga ketergantungan pada gadget menjadi hal yang lumrah. Namun, di beberapa perusahaan, penggunaan gadget pribadi selama jam kerja dianggap mengganggu produktivitas. Terlalu sering melihat ponsel atau sibuk dengan media sosial dapat menciptakan kesan kurang fokus dan tidak sepenuhnya berdedikasi. Ini menjadi alasan lain yang membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam mempekerjakan Gen Z.
Kesimpulan: Bagaimana Gen Z Bisa Bertahan Lebih Lama di Dunia Kerja?
Memahami karakteristik dan tantangan yang dialami Gen Z di dunia kerja adalah langkah pertama untuk mengatasi masalah ini. Saran untuk Gen Z adalah untuk mulai menghargai proses dan belajar menghadapi tantangan secara bertahap. Menjaga etika komunikasi yang baik, mengurangi ketergantungan pada gadget, dan fokus pada pengembangan diri akan sangat membantu dalam menciptakan karier yang stabil.
Pada akhirnya, dunia kerja bukan hanya tentang hasil yang instan, tetapi juga tentang membangun reputasi, keterampilan, dan pengalaman. Dengan sikap yang lebih positif dan terbuka terhadap pembelajaran, Gen Z dapat mengatasi kesulitan ini dan menjadi generasi yang sukses dan berpengaruh dalam dunia kerja.